Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Maret 2012



Politik adalah jalan, kekuasaan adalah alat untuk mengaplikasikan ide dan gagasan agar tercapai beberapa tujuan yang dirumuskan. Dengan demikian siapa saja yang ingin mendapatkan kekusaan harus memiliki ide dan gagasan yang terbaik untuk kepentingan rakyat. Seseorang akan memiliki ide dan gagasan yang bagus apabila orang itu mau mendengarkan aspirasi rakyat serta berpengetahuan luas dan juga cerdas tentunya. Rakyat harus hati-hati dalam memilih calon pemimpin mereka. Jangan asal pilih atau asal centang-asal coblos, akan tetapi harus selektif berdasarkan kriteria-kriteria yang dirumuskan oleh Agama maupun pemaknaan dari UUD 45 DAN Pancasila. Yang beragama Islam pilihlah pemimpin yang berkepribadian paling tidak (mirip) Rasulullah, yakni:jujur, amanah, fatonah (jujur, amanah, dan cerdas). Dan saya kira semua agama memperkriteriakan pemimpin seperti itu.
Di zaman ketidakpercayaan terhadap pemimpin ini barangkali Anda merasa lelah untuk terus memilih, namun bagaimanapun juga kita memiliki tanggung jawab terhadap kepemimpinan di negeri kita ini. Bagaimana kalau orang yang baik-baik tidak ikut memilih sementara mereka yang tidak baik dan tidak paham agama justru yang ikut memilih? Tentu para pemimpin yang tidak baiklah yang akan menguasai kita semua.
Jangan sampai orang-orang bodoh dan jahat memimpin kita, 'jihad politik' harus ditegakkan. Berpolitik itu wajib, memilih pemimpin yang baik dan saleh itu juga wajib. Dan kalau kita prosentasekan memilih pemimpin itu merupakan "fardhu 'ain" Rabbana hablana min azwajina wadzurriyatina qurrota a'yun, waj'alna lil muttaqiina imama
05/03/12 Ahmad Nafi's Blog


Wonosobo......banget!!!!!!!!!!

PEKAN RAYA WONOSOBO

Wonosobo Asyiknya Rame-Rame
11:08 PM // 0 komentar // tafrihan // Category: News //

Dieng , Wonosobo Banjarnegara, 27 Februari - 4 Maret 2012. Lautan kendaraan bermotor memadati depan gedung Sasana Adipura, Sejak tanggal 27 Februari 2012 Kemarin, setiap harinya ratusan warga Wonosobo datang memadati acara Pekan Raya yang rencananya akan dilaksanakan sampai tanggal 4 Maret 2012.

Sejumlah 50 stan memadati halaman Gedung Sasana Adipura Wonosobo yang terdiri dari 20 stand untuk UMKM, 8 stan pedagang pasar,lainnya adalah Otomotif , furniture , pakaian dan sisanya stand pedagang yang lebih mirip dengan pedagang pasar malam.

Beberapa stand yang cukup menarik antara lain stand kerajinan Bambu yang dijaga oleh Laras seorang pengrajin Bambu yang isi stannya terdiri dari beberapa hasil dari kreasi pengrajin lain binaan Dinas Koperasi dan UMKM dan dari bagian Perekonomian Setda Wonosobo. dengan ramah Laras menjelaskan bahwa stand yang dia jaga merupakan gabungan barang-barang yang berasal dari dekranasda , seperti miniatur Mobil Truk dan Bis dari Pengrajin Garung, bambu Cendani dari Rejosari tambi, tampak juga kerajinan prahu dankursi dari bambu yang dipasang untuk menarik pengunjung , disela-sela kesibukannya melayani pengunjung dia sempat bercerita bahwa pasarannya masih sangat terbatas dan belum dapat menembus daerah lain.

Stand yang lain adalah Arung Jeram yang dijaga edi yang menawarkan berbagai paket wisata Rafting yang katanya cukup menantang dan bergengsi, paket yang ditawarkan mulai dari Rp. 180.000 sampai Rp. 300.000 per pack, selama ini pihaknya sudah melayani tamu dari berbagai instansi, oranisasi dll, bahkan yang dari luar negeri juga banyak yang pernah mencoba layanannya. Durasinya berkisar antara 2 sampai 5 jam. dan ada tambahan plus-plusnya jelas edi menutup pembicaraan.

Stand lain dari Pengrajin Sepatu Kulit klilin Sindupaten Kecamatan kertek yang terwadahi dalam Koperasi juga menampilkan hasil kreasinya dan dari segi kualitas dan model juga cukup bagus untuk dipasarkan kedaerah lain.

Penataan stand di bagian utara yang sebagian besar adalah stand pakaian, sepatu sandal dan aksesories , untuk space jalan terkesan agak sempit sehingga pengunjung harus berjubel-jubel ditambah lagi dengan banyaknya sampah plastik bungkus dan kardus ,kertas yang mengurangi kenyamanan pengunjung, Tim Diengplateau dot com sehabis membeli barang disalah satu stand sempat kebingungan juga ketika akan membuang sampah pembungkus, dan ketika ditanyakan kepada Penjaga stand jawabannya juga sangat enteng " buang saja mas di situ" sambil menunjuk ke depan standnya, tempat sampahnya dimana sihpak ? diapun menjawab tidak ada mas nggak dikasih, jadi buang saja disitu pintanya dengan santai. akhirnya dengan perasaan sok bersih pembungkus yang rencanya mau dibuangpun dimasuk kedalam tas dan dibuang kalau sudah menemukan tempat sampah.

kalau sudah lelah keliling stand dan mau istirahat makan dilokasi ini juga banyak yang membuka stand makanan, mau dawet durian juga ada, bahkan kerak telor betawi juga ada yang dijajakan oleh seorang bapak.

Beberapa pihak berharap agar pekan raya yang digabungkan antara bisnis dan hiburan ini mampu menarik investor dan calon pembeli bahkan yang lebih diharapkan adalah banyak terjadi transaksi ditempat ini dan setelah pulang ada order dari pihak diluar Wonosobo.

Pedagang yang mungkin tidak kebagian tempat dilokasi halaman adipura , banyak juga yang menempati disekitar alun-alun wonosobo,seperti pedagang pakaian, warung bakso dan beberapa permainan seperti yang biasa kita jumpai di arena pasar malam ada disitu.

Untuk parkir kendaraan roda dua lokasinya ada dijalan depan kantor Setda sampai depan Gedung sasana adipura bahkan disekitar alun -alun juga dijadikan lahan parkir.

Menjelang Sore beberapa hari ini biasanya pengunjung akan semakin banyak dan Polisi terpaksa menutup jalur ini untuk mobil yang dapat lewat hanya kendaraan roda dua, sedangkan kendaraan roda empat harus memutar lewat jalan sabuk alu atau bawah kantor Setda.

bagi yang belum mengunjungi pekan raya .. ayo buruan ajak teman-teman dan keluarga datang saja ke TKP, Wonosobo asyiknya rame-rame.

tafrihan.diengplateau.com
Ahmad Nafi's Blog

Selasa, 18 Januari 2011


PERMASALAHAN PENDIDIKAN YANG TERJADI DI INDONESIA
Oleh: Ahmad Nafi'

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang pendidikannya kurang maju. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Pendidikan di Indonesia bisa dinyatakan mundur, salah satu buktinya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Bisa kita ambil ambil perbandingan yakni Malaysia, sejarah mencatat bahwa usia Indonesia lebih tua daripada Malaysia, akan tetapi pada akhir-akhir ini perkembangan ekonomi Malaysia semakin kuat, dan perkembangan ekonomi tersebut tidak terlepas dari tngkat kualitas SDM yang ditentukan oleh keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Berbagai persoalan yang terjadi di lembaga sekolah tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal akan tetapi meluas hingga ke tataran kebijakan pendidikan yang dipegang oleh pemerintah. Sehingga permasalahn yang terjadi semakin kompleks. Maka dari itu kita perlu menganalisa permasalahan yang menghambat kemajuan pendidikan di negara tercinta ini.

2. Tujuan pembahasan
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan secara singkat permasalahan-permasalahan yang terjadi di lembaga sekolah di Indonesia secara umum.

B. PEMBAHASAN
Permasalahan pendidikan di Indonesia memang dibilang kompleks. Sebab permasalahannya menyangkut banyak hal dan semuanya saling terkait satu sama lain. Hal ini mengakibatkan permasalahan lain yang harus diselesaikan secara bersamaan pula. Diantara permasalahan tersebut adalah:
a. Rendahnya sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
b. Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasny. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Rendahnya kualitas guru tidak serta merta disebabkan oleh guru tersebut akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain:
1. Realisasi kebijakan pemerintah yang kurang tegas dalam menentukan kualifikasi guru.
2. Mahalnya biaya pendidikan guru.
3. Guru menjadi profesi alternatif setelah tidak lolos melamar di bidang yang lain.
4. Rendahnya kesejahteraan bagi guru sehinga guru kurang fokus dalam memikirkan pendidikan. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005)

c. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.

d. Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan di Indonesia dikatakan mahal sebab pendidikan yang berkualitas didonimasi oleh kalangan ekonomi atas. Sehingga yang berada pada taraf ekonomi menengah ke bawah ketika sekolah hanya sekedar sekolah saja. Elitisme pendidikan di Indonesia juga menjadi permasalahan tersendiri yang mana negara belum mampu memberikan sekolah berkualitas yang gratis bagi rakyatnya.
e. Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak lulusan yang siap pakai.
Banyak terdapat sekolah-sekolah yang tidak mampu merealisasikan visi-misinya. Diantara sekolah-sekolah tersebut kebanyakan hanya sekedar menjalankan pembelajaran yang sudah dikonsep secara nasional dan tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan visi sekolahnya, padahal lulusan yang siap pakai adalah lulusan yang seperti diharapkan dalam konsep visi-misi seklah tersebut. Dalam hal ini khususnya di bidang ekonomi, kenyataan banyak terjadi yaitu tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan dengan tuntutan perkembangan ekonomi.
f. Masalah manajemen pengelolaan sekolah.
Kemampuan seorang kepala sekolah sebagai manajer masih jauh dari harapan. Keahlian memimpin dengan segala keahlian manajerialnya belum banyak dimiliki oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Buktinya banyak kepala sekolah yang tidak bisa mengembangkan sekolahnya dengan alasan sekolah tidak memiliki dana untuk membangun sarana, hal itu sudah menjatuhkan kredibilitas kepala sekolah sebagai seorang leader.
g. Kurangnya dukungan orang tua terhadap semangat belajar anak
Orang tua banyak yang tak acuh terhadap pendidikan anaknya. Yang penting anak bisa sekolah dan orang tua tugasnya adalah mencari biaya untuk sekolah. Tentunya dari sudut pandang pendidikan yang baik sikap orang tua seperti itu salah. Anak lebih banyak melakukan interaksi pendidikan di luar sekolah, khususnya dengan keluarga maupun tetanga mereka di rumah. Sehingga dengan fakta ini seharusnya orang tua harus menyadari bahwa mereka perlu memantau dan terlibat dalam mendukung sekolah dengan memotivasi anaknya dalam belajar.
h. Media pembelajaran dan kapasitas kelas tidak sesuai dengan jumlah siswa
Pada beberapa sekolah, ruang kelasnya banyak yang tidak memenuhi syarat. Sebagai contoh di sekolah dasar sesuai standar nasional julah siswa per kelasnya adalah 28 siswa, akan tetapi banyak dijumpai dalam satu kelas terdapat 40 bahkan ada yang 50 siswa. Kondisi ini memunculkan beraneka macam masalah khususnya dalam pemerataan kualitas pendidika bagi siswa akan terhambat. Sebab suasan tidak kondusif untuk dilakukan pembelajaran, apalagi yang menangani hanya satu guru. Begitu juga fasilitas lain atau media pembelajaran seperti buku, alat peraga dan sebagainya jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah siswa.
i. Realisasi undang-undang pendidikan hanya mimpi
Dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, semua ada kaitannya dengan masalah pada poin ini. Jika kita bertanya siapakah yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan di Indonesia jawabannya adalah pemerintah, baik penentu kebijakan (eksekutif) maupun pengawas kebijakan (legislatif). Merekalah yang pertama harus mampu menjalankan amanat UUD 1945 sebagai landasan negara. Sudahkah negara menjamin pendidikan rakyatnya, sudahkah pemerintah merealisasikan anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN? Tentunya ini menjadi masalah yang paling besar dalam penyelenggaraan pendidikan di negara kita.

C. KESIMPULAN
Kenyataan yang kita lihat dan rasakan mengenai pendidikan di Indonesia bukanlah semata-mata tanggungjawab pemerintah. Akan tetapi itu adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat. Kita harus menyadari bahwa komponen pendidikan siswa terdiri dari siswa, guru, lembaga sekolah, orang tua/keluarga, pemerintah sebagaipemegang kebijakan pendidikan, serta masyarakat. Menurut hemat penulis, apabila antara komponen tersebut bisa saling mendukung, maka permasalahan-permasalahan yang terjadi akan mudah teratasi.
Permasalahan-permasalahan yang telah kami tulis di atas pada hakikatnya merupakan permasalahan yang terjadi di sekolah-sekolah Indonesia saat ini yang harus kita pecahkan bersama-sama. Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
- Anonymous,2009. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia. Diakses dari http://www.detiknews.com. Tanggal 05 Januari 2011.
- Arifin, M, , Kapita Selekta Pendidikan, Bina Aksara, Jakarta: 1991.
- Pidarta, Prof. Dr. Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Rineka Cipta Jakarta: 2004.

Semoga bermanfaat amin.
Ahmad Nafi's Blog



PSIKOLOGI AGAMA DAN STRATEGI PENYEBARAN AGAMA
Oleh Ahmad Nafi'

Created at 04 January 2011

A. Pendahuluan
Ilmu jiwa agama pada awalnya tidak masuk ke dalam daftar cabang ilmu pengetahuan umum. Banyak para ahli agama yang khawatir dengan datangnya psikologi agama maka akan memojokkan agama pada sudut jurang kehancuran. Sebab dengan adanya kajian mengenai psikologi agama memungkinkan pembenaran pada setiap ajaran agama. Dan menganggap bahwa semua agama benar dan sama. Sehingga ini menjadi kehkhawatiran tersendiri bagi para fanatik agama yakni khawatir penghargaan terhadap agama berkurang apabila agama diteliti secara ilmiah.
Akan tetapi alasan-alasan ini tidak cukup untuk mematahkan teori mengenai ilmu jiwa agama yang pada perkembangannya dirasa penting. Ilmu jiwa agama berfungsi untuk memaknai agama dari sudut pandang ilmiah. Dan nantinya juga akan sampai pada pertanyaan; mengapa harus beragama? dan banyak orang berkata kenapa saya harus beragama sedangkan agama tidak memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang saya alami dalam kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menghubungkan kita pada strategi penyebaran agama. Para tokoh agama mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat melalui doktrin agamanya atau melalui pendekatan-pendekatan materialism untuk kepentingan tertentu melalui agama. Maka dari itu penulis berupaya untuk memberikan data pada pembaca tentang kaitan psikologi agama dengan strategi penyebaran agama dalam makalah ini. Kemudian akan coba sedikit kami sampaikan tentang pendapat beberapa tokoh atheis tentang agama.

B. Pengertian Psikologi Agama
1. Psikologi
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al- nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Psikologi menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Menurut Wilhem Wundt (tokoh eksperimental) bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia , seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, feeling dan kehendaknya.
2. Agama
Agama berasal dari kata latin religio, yang dapat berarti obligation/kewajiban. Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James Martineau).
Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna, dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu, (Edward Caird).
Agama hanyalah upaya mengungkapkan realitas sempurna tentang kebaikan melalui setiap aspek wujud kita (F.H Bradley). Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang keTuhanan disertai keimanan dan peribadatan.
3. Psikologi Agama
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi.
Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal yang seperti itu baik sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa. Psikologi agama sebagai ilmu pengetahuan empiria tidak menguraikan tentang Tuhan dan sifat-sifatNya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman terhadap tingkah laku manusia. Psikologi dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman individu, dapat mempelajari lingkungan- lingkungan empiris dari gejala keagamaan , tingkah laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan, pengalaman keagamaan, hukum-hukum umum tetang terjadinya keimanan,

C. Psikologi Agama dan Strategi Penyebaran Agama
Jika psikologi agama diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ‘jiwa’ agama seorang manusia, maka cabang ilmu ini bisa menjadi wahana untuk menanamkan kesadaran agama pada diri seseorang. Pada titik inilah manusia akan lebih yakin terhadap agama yang mereka peluk. Sebelum membahas lebih jauh sebaiknya kita membahas pengertian agama terlebih dahulu dan sejarah singkat munculnya agama.
Terdapat teori-teori yang berbeda seputar kelahiran agama pada umumnya. Antara lain, ada teori yang mengatakan bahwa agama muncul dari ketidaktahuan manusia. Teori lain mengatakan bahwa agama muncul dari kelemahan dan ketidakberdayaan manusia. Teori ketiga mengatakan bahwa agama merupakan produk kemerosotan sosial. Sedangkan yang lain meyakini bahwa agama lahir dari terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat. Teori kelima mengatakan bahwa agama terbentuk melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam sebuah komunitas.
Teori-teori di atas merupakan analisa Murtadha Mutahhari terhadap teori asal agama dari para pemikir barat seperti Feuerbach dan Karl Mark. Mereka cenderung meyakini bahwa agama muncul sebab ketidakberdayaan manusia menghadapi kejadian alam yang berada di luar kemampuan mereka. Secara lebih ekstrim lagi Mark yang merupakan tokoh materialis berpendapat bahwa agama muncul dari kepentingan ekonomi dan politik.
Lain halnya dengan Islam. Al-Qur’an secara tegas mengilustrasikan akan munculnya agama dalam kisah Ibrahim a.s dalam mencari Tuhan. Ibrahim yang notabene adalah seorang pemuda yang tinggal di tempat terpencil di dalam goa mula-mula melihat bintang , dia berkata, “Inikah Tuhanku?”, tapi dia melihat ada yang lebih besar yakni bintang, akan tetapi pada siang hari bintang dan bulan itu lenyap sehingga dia menarik kesimpulannya dan menganggap matahari yang lebih cerah dan besar adalah tuhan hingga pada sore hari dia menyimpulkan bahwa Tuhan yang sejati adalah yang mengatur jalannya bintang, bulan dan matahari yaitu Tuhan yang tidak Nampak oleh matanya.
Kisah ini dapat disimpulkan bahwa Ibrahim yang hidup di zaman dan daerah primitif sudah memikirkan tentang siapa tuhan. Ini membuktikan bahwa bertuhan/beragama merupakan fitrah manusia. Agama tidak diciptakan oleh manusia akan tetapi agama merupakan hal yang lahir bersamaan dengan adanya manusia.
Pengertian agama yang lain yaitu menurut Einstein, pada pidato tahun 1939 di depan Princeton Theological seminar, ”ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah untuk mencapai kebenaran dan pemahaman, tetapi sumber perasaan itu berasal dari tataran agama, termasuk didalamnya keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku pada dunia wujud itu bersifat rasional, artinya dapat dipahami akal. Saya tidak dapat membayangkan ada ilmuwan sejati yang tidak mempunyai keimanan yang mendalam seperti itu, ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta.
Dengan beberapa pengertian agama tersebut, maka penulis akan memberikan beberapa strategi penyebaran agama dilihat dari sudut pandang psikologi agama. Strategi penyebaran agama sangat erat kaitannya dengan konversi agama, dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama maka dengan mudah agama tersebut tersebar. Pertama-tama akan kami sampaikan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.
1. Pertentang batin (konflik jiwa) dan ketegangan hati
Orang-orang gelisah yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi masalah itu mudah sekali mengalami konversi agama. Artinya pada saat ketidakmampuan itu muncul maka yang dia butuhkan adalah tempat mnengadu. Pada saat seperti inilah para pedakwah memberikan motivasi dan solusi bukan malah menakut-nakuti dengan siksaan neraka dan sebagainya. Seperti halnya Islam yang memberikan kemudahan bagi muallaf bahkan menjadi salah satu orang yang berhak menerima zakat. Ini bukti bahwa strategi penyebaran dengan cara seperti ini efektif.
2. Pengaruh hubungan dan tradisi agama
Ajaran agama tersebar karena faktor hubungan keluarga maupun hubungan masyarakat. Orang tua mengajarkan agama sejak dia kecil maka akan tertanam nilai-nilai agama dalam diri anak tersebut sampai dia dewasa. Sehingga anak-anak tersebut mampu membawa estafet tradisi dari nenek moyang mereka turun temurun.
3. Ajakan, seruan dan sugesti
Terbukti, sugesti, motivasi dan ajakan kepada orang-orang yang sedang mengalami kegoncangan dalam hidupnya itu akan didengarkan. Orang-orang tersebut sangat membutuhkan ketentraman, maka para pengajar agama harus pandai-pandai memberikan sumbangan baik moril dan materiil terhadap orang yang sedang mengalami kegoncangan. Kegoncnagan tersebut bisa disebabkan oleh konflik internal maupun eksternal.
4. Faktor-faktor emosi
Orang-orang yang emosional (lebih sensitive atau banyak dikuasai emosinya), mudah kena sugesti, apabila dia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya tdak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa ia adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi konversi agama di atas memunculkan berbagai strategi penyebaran agama yang digunakan para pedakwah dari berbagai agama untuk mengembangkan agamanya dan memperluas wilayah penganutnya.

D. Kesimpulan
Dari uraian mulai pendahuluan hingga strategi penyebaran agama, maka ada beberapa kalimat yang mewakili makalah kami yaitu dengan melihat psikologi/kecenderungan beragama atau asal muasal agama maka kita dengan mudah akan memapu menciptakan maupun memahami strategi penyebaran agama.
Demikian pemaparan mengenai ilmu jiwa agama dan strategi penyebaran agama, semoga bermanfaat untuk semua yang membaca dan bisa dijadikan referensi maupun refleksi pengetahuan kita semua.

Daftar Pustaka
- Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004
- Murtadha Mutahhari, Fitrah, Lentera, Jakarta, 1998
- Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia 2004
- Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2003.

Ahmad Nafi's Blog

Kamis, 18 November 2010

PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi
APLIKASI PEMBELAJARAN YANG MENCERDASKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (KAJIAN BUKU ”PEMBODOHAN SISWA SISTEMATIS” KARYA M. JOKO SUSILO)
Oleh : A Nafi'

I. JUDUL
APLIKASI PEMBELAJARAN YANG MENCERDASKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (KAJIAN BUKU ”PEMBODOHAN SISWA SISTEMATIS” KARYA M. JOKO SUSILO)

II. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional, pendidikan adakah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Para ahli pendidikan Islam telah bersepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Sedangkan pendidikan Islam merupakan bimbingan terhadap pertumbuihan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih dan mengasuh, dan mengawal berlakunya semua ajaran Islam. Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh, mengajarkan dan melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Menurut Ibnu Sina, pendidikan atau pembelajaran itu menyangkut seluruh aspek pada diri manusia, mulai dari fisik, mental maupun moral. Seperti yang dikatakan beliau : “Pendidikan tidak boleh mengabaikan perkembangan fisik dan apapun yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan fisik seperti olah raga, makanan, minumman, tidur, dan kebersihan”. Dalam pandangan Ibnu Sina, pendidikan tidak hanya memperhatikan aspek moral, namun juga membentuk individu yang menyeluruh termasuk jiwa, pikiran dan karakter. Menurutnya, pendidikan sangat penting diberikan kepada anak-anak untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi masa dewasa.
Dengan demikian, pendidikan tidak hanya mencakup satu aspek atau dua aspek saja melainkan mencakup berbagai aspek. Akan tetapi kenyataannya banyak sekali terjadi keekeliruan penafsiran tentang pendidikan. Sebagian menafsirkan bahwa pendidikan sekedar mentransfer pengetahuan saja. Ada juga yang menafsirkan bahwa pendidikan adalah penumbuhan skil dan bakat. Dan ada juga yang menafsirkan bahwa pendidikan adalah pembentukan karakter, dan masih banyak lagi pendapat lainnya. Semua penafsiran itu tidaklah salah atau keliru bila semua itu bisa dipadukan menjadi pengertian pendidikan yang lebih lengkap lagi.
Pembelajaran yang mencerdaskan anak selalu menjadi perbincangan yang menarik dari dulu sampai sekarang. Sebab pada dasarnya manusia ingin menajadi lebih baik dari siapapun. Dan para ahli sedang melakukan sejumlah penelitian untuk menemukan metode terbaik membentuk anak cerdas secepat mungkin. Hal ini menjadi lebih sulit lagi ketika dihadapkan pada kecerdasan majemuk. Yang membuat proses pencerdasan menjadi semakin luas dan rumit untuk mencapai jenis “cerdas” yang akan dicapai. Sehingga kecerdasan seorang anak tidak bisa diukur dengan angka saja.
Dari beberapa uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripi berkaitan dengan pembelajaran yang mencerdaskan dari sudut pandang pendidikan Islam dengan menganalisa pendapat M. Joko Susilo dalam bukunya yang berjudul “Pembodohan siswa Sitematis”. Maka dari itu penulis mengambil sebuah judul untuk skripsi yang penulis susun yakni :APLIKASI PEMBELAJARAN YANG MENCERDASKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (KAJIAN BUKU PEMBODOHAN SISWA SISTEMATIS KARYA M.JOKO SUSILO).

III. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan penafsiran serta mempermudah pembaca dalam memahami skripsi yang akan kami susun, maka perlu kiranya penulis sampaikan penegasan istilah khususnya yang berkaitan dengan judul skripsi, ”APLIKASI PEMBELAJARAN YANG MENCERDASKAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (KAJIAN BUKU PEMBODOHAN SISWA SISTEMATIS KARYA M. JOKO SUSILO), adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah:
1. Aplikasi
Aplikasi adalah pemakaian atau penerapan
2. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar ajar, pembelajaran berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
3. Cerdas
Cerdas dalam pengertian Bahasa Indonesia bermakna sempurna perkembangan akal budinya (untuk berfikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran; sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat).
4. Anak
Anak dalam pembahasan skripsi yang akan penulis susun adalah anak sebagai subjek pendidikan.
5. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengacu pada sumber-sumber hukum Islam.
6. Pembodohan Siswa Tersistematis
Pembodohan siswa tersistematis adalah judul sebuah buku yang disusun oleh M.Joko Susilo. Pengarang adalah seorang peneliti di bidang pendidikan. Buku tersebut memaparkan tentang realita pendidikan di Indonesia yang masih sangat perlu peningkatan dan perubahan sistem.
7. M. Joko Susilo
Adalah seorang praktisi dan peneliti pendidikan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Sudah menyusun beberapa buku dan telah melakukan beberapa penelitian tentang pendidikan.

IV. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berkaitan dengan judul di atas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah aplikasi pembelajaran pendidikan Islam?
2. Bagaimana teori pembelajaran menurut pendidikan Islam?
3. Bagaimanakah aplikasi pembelajaran yang mencerdaskan anak menurut M. Joko Susilo?

V. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran pendidikan Islam?
2. Untuk mengetahui teori pembelajaran menurut pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran yang mencerdaskan anak menurut M. Joko Susilo
VI. KAJIAN PUSTAKA
A. Aplikasi Pembelajaran Yang Mencerdaskan Anak
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran terjemahan dari kata instruction yang bersifat self instruction dan ekternal instruction. Pembelajaran yang internal timbul dari diri anak tersebut yang merupakan pelaku belajar. Sedangakan pembelajaran eksternal bersumber dari guru ataupun lingkungan tempat anak tinggal. Beberapa teori belajar mendiskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
a. Usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar (behavioristik).
b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (kognitif).
c. Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (humanistik).

2. Cerdas
Cerdas sering kali kita maknai dengan pintar, pandai, brilian dan sebagainya. Cerdas terbagi menjadi beberapa pembagian, salah satunya adalah cerdas yang komprehensif, bisa dilihat dari 4 (empat) dimensi, yaitu dimensi kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, dan kinestetik. Dan masih banyak lagi para ilmuan yang mengklasifikasikan jenis kecerdasan menjadi beraneka macam. Macam-macam kecerdasan dan pembagiannya akan menjadi pembahasan dalam skripsi yang penulis susun.

3. Aplikasi Pembelajaran yang Mencerdaskan
Aplikasi (penerapan) pembelajaran yang mencerdaskan anak adalah sebuah susunan perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk membuat anak menjadi cerdas, yakni cerdas sesuai dengan klasifikasi cerdas itu sendiri seperti yang telah penulis sebutkan di pembahasan mengenai cerdas di atas.

B. Pendidikan Islam
1. Pengertian pendidikan Islam
Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan kultural umat manusia tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (seabagai makhluk sosial), kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini, maka kedayagunaan pendidikan sebagai alat pembudayaan sangat bergantung pada pemegang alat tersebut yaitu pendidik.
Istilah pendidikan Islam dapat dipahami dari tiga sudut pandang. Pertama, pendidikan Agama Islam. Kedua, pendidikan dalam Islam. Ketiga, pendidikan menurut Islam. Dari kerangka akademik ketiga sudut pandang tersebut harus dibedakan dengan tegas karena ketiganya akan melahirkan disiplin ilmu sendiri-sendiri.
Masayarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau nilai budaya baik yang bersifat intelektual, ketrampilan, keahlian dari segi generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar dapat teraktualisasi secara kongkrit, sebagai hasilnya dapat dinikmati oleh individu tersebut dan juga masyarakat.
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan atau latihan.

2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah seperti yang diungkapkan Dr. Zakiah Darajat bahwa tujuan pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, insan kamil artinya manusia utuh rohani rohani dan jasmani, dapat hidup secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah Swt.
Nur Ukbiyati, mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga yakni : tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan operasional.
Sedangkan Al-Ghozali mengemukakan tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, dan permusuhan.

3. Macam Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam menurut Al-Qur’an, maupun hadis yang disimpulkan oleh Dra. Nur Ukbiyati yang mengutip berbagai sumber dibagi menjadi :
a. Metode mutual education (metode mendidik secara berkelompok)
b. Metode pendidikan dnegan menggunakan cara instruksional
c. Metode mendidik dengan kisah / cerita;
d. Metode bimbingan dan penyuluhan;
e. Metode pemberian contoh dan teladan;
f. Metode diskusi;
g. Metode soal jawab;
h. Metode mitsal (pemberian perumpamaan)
i. Metode targhieb dan tarhib / reward and punishment
j. Metode taubat dan ampunan
k. Metode acquision (self education), explanation, dan exposition (penyajian).

4. Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Setelah mengetahui pemaparan singkat mengenai pendidikan Islam, kita dapat melihat dan menentukan ruang lingkup pendidikan. Passa dasarnya pendidikan Islam menyangkut beberapa aspek yang bersumber pada hokum agama Islam itu sendiri. ruang lingkup kajian pendidikan bersumberkan dari sumber pokok hukum Islam itu sendiri yakni Al-Qur’an dan Hadist.
Ruang lingkup pendidikan di dalam pandangan Islam tidaklah sempit, tidak saja terbatas pada pendidikan duniawi semata, tetapi Rasulullah sendiri pernah bersabda agar setiap individu dari umat Islam supaya bekerja untuk agama dan dunianya sekaligus. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa cakupan pendidikan Islam sangatlah luas yakni mencakup kegiatan- kegiatan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia seperti:
a. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma- norma ajran Islam.
b. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga sejahtera.
c. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sitem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh menusia.
d. Lapangan hidup kemasyrakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allaah Swt.
e. Lapangan hidup politik, agar tercipta system demokratis yang sehat dan dinamis sesuai ajaran Islam.
f. Lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.
g. Lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iiman
Dimulai dari keluarga. Pendidikan dimulai di keluarga, di keluargalah akan terbentuk watak anak, apakah dia akan menjadi seorang anak yang rajin, manja, malas, dan sebagainya. Keluarga merupakan pusat timbulnya adab kemanusiaan sampai sekarang keluarga selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan manusia. Dari sinilah pembelajaran dimulai dam pendidikan Islam mulai diberikan oleh orang tua pada anaknya.

C. Pembodohan Siswa Tersistematis
Pembodohan siswa (peserta didik) memiliki makna yang begtitu dalam tentang berbagai kesalahan dalam pelaksanaan pendidikan kita, baik pendidikan yang berada pada jalur informal, formal, maupun non formal. Kata pembodohan lebih menekankan adanya “subyek” indoktrinasi dalam proses pendidikan. Kita tidak perlu berkutat pada penggunaan tata bahasa dan tidak perlu bicara siapa yang salah dalam proses pembodohan tersebut. Tetapi yang paling penting adalah mengetahui bentuk-bentuk perilaku pembodohan yang telah terjadi supaya menjadi cerminan bagi kita dan para pelaku pendidikan untuk berbuat lebih baik dan membangkitkan pendidikan kita.
Pembodohan siswa tersistematis terjadi di dalam proses pendidikan di tiga tempat. Yakni sekolah, rumah, dan dalam hidup bermasyarakat. Di sekolah yang berpengaruh adalah guru dan lingkungan sekolah. Di rumah, orang tua merupakan figur sentral pendidikanm dan di masyarakat anggota masyarakat beserta tata nilai yang ada sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Ketiga faktor tersebet saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

VII. METODE PENELITIAN
Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, penulisan akan menggunakan beberapa metode dan tahapan yang diharapkan dapat mempermudah dalam penulisan ilmiah ini, antara lain sebagai berikut :
A. Metode pengumpulan data
Guna mengadakan penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode diantaranya :
1. Metode library research (studi kepustakan) atau analisis isi buku. yaitu meneliti buku-buku kepustakaan yang relevansinya dengan judul yang penulis bahas.
2. Metode wawancara (interview) atau kuesioner lisan yakni sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
3. Metode Observasi yakni memperhatikan sesuatu yang meliputi kegiatan-kegiatan peminta perhatian terhadap suatu dengan menggunakan seluruh panca indra.
B. Metode Analisis Data
1. Deduktif : cara berfikir untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan yang berawal dari alasan umum menuju ke arah yang lebih spesifik. Logika deduktif merupakan sistem berfikir untuk mengorganisasi faktual dan mencapai suatu kesimpulan dengan menggunakan argumentasi logika.
2. Induktif : cara ini merupakan proses berfikir yang diawali dari fakta-fakta pendukung yang spesifik, menuju pada arah yang lebih umum guna mencapai suatu kesimpulan.
3. Komparatif : yaitu cara menyimpulkan diambil dengan cara membandingkan pendapat yang satu dengan yang lain.

VIII. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Sistematika dimaksudkan sebagai gambaran umum dari beberapa urutan penulisan skripsi yang akan penulis susun. Sedangkan sisitematikanya sebagai berikut :
1. Bagian muka
Bagian ini terdiri dari : halaman judul, pengajuan skripsi, pengesahan, halaman motto, kata pengantar dan daftar isi.
2. Bagian tengah
Pada bagian ini merupakan inti skripsi, bagian ini terbagi dalam lima bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I : memuat alasan pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan, tujuan penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : bab ini adalah landasan teori yang berisi tentang bembelajaran yang mencerdaskan. Ruang lingkup bembelajaran, komponen pembelajatan, definisi kecerdasan, dan factor yang mempengaruhi kecerdasan.
BAB III : pada bab tiga berisi laporan hasil penelitian, yang berisi kajian buku pembodohan siswa tersistematis karya M. Joko Susilo, pemikiran penulis tentang konsep pembelajaran yang mencerdaskan anak bukan membodohi anak.
BAB IV : membahas tentang analisis pembelajaran yang mencerdaskan dalam perspektif pendidikan Islam, terdiri dari : analisis faktor-faktor pembelajaran yakni tujuan membelajaran, metode pembelajaran, komponen pembelajaran dan teori pembelajaran.
BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir pada skripsi kami. Pada bagian ini berisikan penutup yang terdiri dari : kesimpulan, saran dan penutup.

3. Bagian akhir
Bagian akhir berisikan daftar pustaka dan daftar riwayat hidup pendidikan penulis.

Demikian gambaran skripsi secara umum, mudah-mudahan bisa memberikan pemahaman bagi pembaca sehingga tidak menimbulkan kendala dan kesulitan dalam memahami uraian yang diberikan penulis sebagai diskripsi dari fenomena-fenomena yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Shaleh Abdullah, - Teori- Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Rineka Cipta: Jakarta 1990
Ahmad D. Marimba - Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al Ma’arif, 1981.
Ahmad Sugandi, - Teori Pembelajaran, UPT MKK UNNES, Semarang, 2004.
Aminudin, dkk., - Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.
H.M. Muzaya Arifin,M.Ed. - Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, cet. ke-1, 1990.
M. Athiyah Al-Abrasyi. - Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta1974.
M. Gorky Sembiring, - Mengungkap Rahasia Dan Tips Manjur Menjadi Guru Sejati, cet. II, Best Publisher, Yogyakarta, 2009.
M. Joko Susilo, - Pembodohan Siswa Tersismatis, Jakarta: Bina Aksara, cet. Ke-1, 1990..
M. Ngalim Purwanto, - Psikologi Pendidikan, Remaja Rosydakarya, Bandung, 1997.
Muhammad Ali, Drs - Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi, Ankasa,1987.
Nana Sujana, Dr. & Dr.Ibrohim,M.A - Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2007.
Nur Ukhbiyati, - Ilmu Pendidikan Islam II, Pustaka Setia, Bandung, 1997.
Pusat Bahasa Depdiknas - Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2007.
Suharsimi Arikunto, Prof. Dr., - Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI, Rineka Cipta, Jakarta, 2006
Sukardi, Prof., Ph.D., - Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Yogyakarta, 2007.
Sutrisna Hadi, M.A., Prof.Drs., - Metedologi Research, Andi Offset, Yogyakarta,1994.
www.suaramedia.com., - Metode Pendidikan Dalam Pandangan Tiga Ilmuawan Islam, diakses pada 26 Mei 2010.



Ahmad Nafi's Blog