METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN
TERHADAP PEMAHAMAN TENTANG PELAJARAN SHALAT
OLEH : D. PuspitariniA. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode (method) secara harfiah berasal dari dua perkataan, yaitu meta berarti "melalui" dan hodos berarti"jalan" atau "cara". Metode berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Dalam pemakaian yang umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar, karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.
Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan kegiatan belajar pada anak itu. Guru secara terus menerus membimbing anak untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan oleh guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun pengalaman yang akan datang.
Menurut Zakiah Darajat metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oeleh anak didik. Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada seluruh anggota kelas atau proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran/contoh Rasulullah SAW. Sebaliknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut, guru lebih dahulu mendemonstrasikan yang sebaik-baiknya, lalu murid ikut mempraktekkan sesuai dengan petunjuk.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya, metode demonstrasi dalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik, demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagaia cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah bisa diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
Vigots Ky mengemukakan bahwa manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati dan mengingat (Dworesky, 1990). Jadi metode demonstrasi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengembangan kognitif anak. Karena metode demonstrasi digunakan ilustrasi dalam menjelaskan informasi pada anak. Melalui metode ini kegiatan menjadi lebih menarik karena mereka dapat melihat langsung bagaimana suatu proses berlangsung.
Pada dasarnya tidak ada suatu netode mengajar yang lebih baik daripada metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan. Ada yang tepat digunakan terhadap pelajar dalam jumlah kecil. Ada yang tepat digunakan di dalam kelas, ada pula yang tepat digunakan di luar kelas. Kadang-kadang guru tampil mengajar dengan baik dengan metode ceramah dibanding dengan memberi kebebasan bekerja pada pelajar. Kadang-kadang pula suatu bahan pengajaran baik disampaikan dengan beberapa metode. Atas dasar itu tugas guru adalah memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan proses belajar mengajar.
Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman yang dapat menimbulkan kegiatan belajar pada anak itu. Guru secara terus-menerus membimbing anak untuk berpartisipasi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela. Oleh karena itu pengalaman belajar yang diberikan oleh guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan ada kesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun dengan pengalaman yang akan datang.
2. Langkah-langkah Metode Demonstrasi
Suatu metode demontrasi yang baik membutuhkan persiapan yang teliti/cermat. Sejauh mana persiapan itu dilakukan amat banyak bergantung kepada pengalaman yang telah anada lalui dan keadaan macam atau bentuk demonstrasi apa yang ingin anda sajikan.
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berlangsung secara efektif, langkah-langkah yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek, seperti aspek pengetahuan, sikap atau ketrampilan tertentu.
2) Persiapkan garis besar garis besar langkah-langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
3) Lakukan uji coba demonstrasi, uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Langkah pembukaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2) Langkah pelaksanaan metode demonstrasi
a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d) Berikan kesempatan pada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
3) Langkah mengahiri metode demonstrasi
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan meberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan dengan pelaksanaan demonstrasi dan pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demontrasi Terhadap Pemahaman Siswa Tentang Pelajaran Shalat
a) Kelebihan
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
a. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga murid dapat mengamati hal-hal itu seperlunya yang berarti perhatian murid menjadi terpusat kepada proses belajar semata-mata.
b. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan atau kekeliruan-kekeliruan dalam menangkap dan mencerna bila dibandingkan hanya dengan membaca buku, karena murid telah memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
c. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan atau masalah dalam diri murid dapat terjawab pada waktu murid mengamati proses demostrasi.
d. Menghindari "coba- coba dan gagal" yang banyak memakan waktu belajar, disamping praktis dan fungsional, khususnya bagi murid-murid yang ingin berusaha mengamati secara lengkap dan teliti atau jalannya sesuatu.
Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi, maka dalam bidang studi agama, banyak yang dpat didemonstrasikan, terutama dalam bidang pelaksanaan ibadah, seperti pelaksanan ibadah shalat.
b) Kelemahan
Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demontrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif.
2. Demonstrasi memerlukan persiapan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal daripada ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus. Sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di samping itu, demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
B. Pemahaman Pelajaran Shalat
1. Pengertian dan Hikmah Sholat
a. Pengertian Sholat
Sholat menurut bahasa berarti berdoa memohon kebaikan. Allah Ta'ala berfirman :
وَصَلَّى عَلَيْهِمْ اِنَّ صَلَوتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ (التوبه :1.3)
Artinya: dan berdoalah mereka, sesungguhnya do'amu itu menumbuhkan ketenteraman bagi mereka.(Attaubah: 103)
Menurut istilah, sholat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam dengan memenuhi syarat tertentu.
Menurut Muhamad Baqir Al-Hatosyi sholat berarti ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan dengan niat shalat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
b. Hikmah Shalat
Islam adalah pedoman asasi manusia dalam hidupnya dan kehidupanya untuk kebahagiaan dunia akhirat. Islam mengajarkan manusia tentang akhlak dimana akhlak ini sumber dari tauhid sebagai dasar, inti dan akhir sebagi seruan Islam dan atas dasar Tauhid itulah Islam mendidik manusia mengenal hakekat dan tujuan hidupnya, yaitu ibadah kepada Allah S.W.T.
Sholat merupakan kunci dari semua ibadah. Terkadang orang melakukan sholat hanya untuk menunaiakan kewajiban tanpa dasar rasa cinta terhadap Allah Swt. Sehinga shalatnya kurang begitu khusyuk. Tetapi jika mengetahui hikmah di balik melaksanakan shalat tersebut, maka orang tersebut akan sholat lebih khusyuk. agar bisa memperoleh hikmah sholat tersebut .
Hikmah disyariatkanya sholat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan jiwa dan mensucikannya.
2. Menjadikan seseorang trebiasa untuk melakukan munajat kepada Allah di dunia dan meminta perlindungan kepadaNya nanti di kampung akhirat.
3. Menyadarkan manusia tentang hakikat dirinya, yaitu bahwa dirinya adalah seorang hamba yang dikuasai Allah azza wajalla.
4. Menanamkan dalam jiwa manusia, bahwa tiada yang memberi pertolongan dan kenikmatan yang hakiki selain Allah, sekalipun di dunia dia melihat perantara-perantara dan sebab-sebab yang banyak yang secara lahiriah kelihatannya merekalah yang memberikan pertolongan dan kenikmatan, akan tetapi hakikatnya Allah lah yang menundukkan mereka seluruhnya bagi manusia.
5. Dari sholat itu manusia akan memperoleh kesempatan bertaubat dimana ia menyatakan taubatnya atas dosa-dosa yang ia lakukan.
6. Sholat merupakan makanan yang tiada habis-habisnya bagi aqidah keimanan kepada Allah Ta'ala dalam hati manusia.
7. Apabila shalat dilakukan dengan sunguh-sunguh maka akan dapat menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar bagi pelakunya.
Melihat hikmah yang demikian besar yang terkandung dalam ibadah shalat adalah wajar apabila nabi harus mi'raj ke langit menghadap ke hadirat ilahi untuk untuk menerima perintah ibadah shalat ini, ibadah yang paling istimewa kedudukannya dari lainnya. Sholat adalah satu-satunya ibadah yang diterima langsung oleh Allah, sedangkan kewajiban-kewajiban yang lain cukup melalui wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril. Tepatlah kalau Nabi bersabda bahwa shalat itu adalah tiang Islam, siapa yang menegakkan shalat, berarti dia menegakkan agama Islam. Jadi tujuan sholat adalah kebaikan dan kebahagiaan manusia sendiri di dunia dan akhirat.
2. Syarat-Syarat Sholat
A. Syarat Wajib Sholat
1. Beragama Islam, shalat tidak diwajibkan terhadap orang kafir
2. Berakal sehat, shalat tidak diwajibkan terhadap orang gila
3. Bersih dari haid dan nifas
4. Baligh / dewasa
Umur dewasa itu dapat diketahui melalui salah satu tanda berikut :
a. Cukup berumur 15 tahun
b. Keluar mani
c. Mimpi bersetubuh
d. Mulai keluar haid bagi perempuan
5. Melihat atau mendengar
Melihat atau mendengar menjadi syarat wajib mengerjakan shalat
6. Jaga
Maka orang yang tidur tidak wajib shalat.
B. Syarat Sah Shalat
Orang yang hendak shalat harus mengetahui syarat sahnya shalat.
1. Wajib badannya bersih daripada hadats besar dan hadats kecil dan wajib bersih dari sekalian kotor dan najis terutama kencing, tahi, madzi, darah haid dan darah nifas. Pakaian dan tempat shalat juga harus bersih dari kotoran tersebut.
2. Menutup aurat
Aurat ditutup dengan sesuatu yang dapat menghalangi terlihatnya warna kulit. Aurat laki-laki antara pusar sampai lutut, aurat perempuan seluruh badannya kecuali muka dan kedua telapak tangan.
3. Mengetahui masuknya waktu shalat
Shalat hanya boleh dilaksanakan setelah mengetahui dengan pasti waktu masuknya shalat masing-masing yaitu dengan mendengarkan adzan atau berita dari orang yang dapat menimbulkan keyakinan atau dengan perkiran yang tepat.
4. Menghadap kiblat
Shalat hanya sah bila dialaksanakan menghadap ka'bah (di Kota Makkah) atau arahnya yang dapat diketahui antara lain yang mihrab di masjid-masjid atau pemberitahuan seorang ahli yang dapat dipercaya.
3. Hal-hal yang membatalkan shalat
Shalat itu batal (tidak sah) apabila salah satu rukunnya tidak dilaksanakan, atau ditinggalkan dengan sengaja.
Dan shalat itu batal dengan hal-hal yang seperti tersebut di bawah ini:
1. berkhadats.
2. berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu huruf yang memberi pengertian.
3. terbukanya aurat.
4. mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat.
5. membelakangi kiblat.
6. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti ruku’ dan sujud.
7. Makan dan minum secara sengaja.
8. Batalnya wudhu.
9. Tertawa terbahak-bahak.
10. Mengingat shalat yang belum dikerjakan, seperti seseorang yang mengerjakan shalat ashar lalu ia ingat bahwa ia belum mengerjakan shalat zuhur. Dalam hal ini ia harus berhenti mengerjakan shalat ashar dan kembali mengerjakan shalat dzuhur. Setelah itu baru mengerjakan shalat ashar.
4. Rukun Shalat
1. Niat
2. Takbiratul ikhram
3. Berdiri bagi yang mampu
4. Membaca Alfatihah
5. Ruku' dengan tuma'ninah
6. I'tidal dengan tuma'ninah
7. Sujud 2 kali dengan tuma'ninah
8. Duduk diantara 2 sujud dengan tuma'nimah
9. Duduk akhir
10. Tahiyat
11. Membaca shalawat nabi
12. Salam
13. Tertib
5. Cara Mengerjakan Shalat
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang harus dikerjakan dalam keadaan bagaimanapun. Cara mengerjakan shalat adalah sebagai berikut:
a. Shalatlah dengan berdiri kalau mampu
b. Apabila tidak mampu berdiri maka shalatlah sambil duduk dengan sujud lebih rendah dari pada ruku'nya. Kalau tidak sanggup sujud maka dengan isyarat menggunakan kepala.
c. Kalau shalat dengan duduk juga tidak sanggup, maka shalatlah dengan berbaring miring ke arah kiblat.
d. Apabila berbaring juga tidak mampu, maka shalatlah dengan tidur.
Secara rinci gerakan dan urutan cara menegrjakan shalat adalah sebagai berikut: Seorang muslim berdiri sesudah masuknya waktu shalat dalam keadaan suci, menutup aurat, menghadap ke arah kiblat, lalu diiqamati untuk shalat. Ketika lafadz iqamah selesai dikumandangkan, hendaklah dia mengangkat kedua tangannya sampai tingginya sejajar dengan kedua pundaknya dengan berniat untuk mengerjakan shalat tertentu yang akan dia kerjakan. Dia mengucapkan "Allahu Akbar", lantas meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di atas dadanya, lantas dia memulai bacaan shalatnya dengan mengucapkan: dengan lirih lalu membaca Al Fatikhah ketika sampai pada bacaan "Wala adh-dhallin" hendaklah dia mengucapkan 'amin'. Selanjutnya dia membaca surat atau ayat Al Qur'an yang dia hafal. Kemudian dia mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundak dan berangkat ruku' sembari mengucapkan Allahu Akbar. Telapak tangannya kuat menekan lututnya dan dia meluruskan tulang sulbinya-yakni punggungnya dan tidak boleh mengangkat kepalanya dan tidak boleh juga menurunkannya, tetapi membentangkannya lurus dengan punggungnya. Berikutnya ketika dalam keadaan ruku' itu dia mengucapkan do'a.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Setelah ruku' terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua tangan setentang telinga seraya membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Pada waktu berdiri tegak (I'tidal) terus membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Setelah I'tidal terus sujud dengan meletakkan dahi ke bumi dan ketika turun seraya membaca tasbih sebanyak 3 kali.
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Setelah sujud kemudian duduk serta membaca "Allahu Akbar" dan setelah duduk membaca.
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Sujud kedua, kedua, ketiga dan keempat dikerjakan seperti pada waktu sujud yang pertama, baik caranya maupun bacaannya. Pada raka'at kedua, kalau shalat kita 3 raka'at atau 4 raka'at maka pada raka'at kedua ini kita duduk untuk membaca tasyahud awal:
اَلتَّحِيَّةُ الْمُبَارَكَاةُ الصَّلَوَاةُ الطَّيِّبَاةُ لله اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ اَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ, اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّلِحِيْنَ, اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً رَّسُوْلُ اللهُ, اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد
Bacaan tasyahud akhir ialah seperti tahiyat awal yang ditambah bacaannya dengan shalawat atas keluarga Nabi Muhammad:
وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ
Selesai tahiyat akhir kemudian salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri dengan membaca:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
6. Pembinaan Ibadah Shalat Terhadap Anak
a. Perintah Melaksanakan Shalat
Pada tahap ini, orang tua mulai memberikan pengertian kewajiban melaksanakan shalat dan berani memerintahkan anaknya melaksanakanya. Dan cara pembinaan yang terbaik adalah mengajak anaknya melaksanakan shalat berjamaah.
Menurut hadits Riwayat Bukhari dan Muslim sebagaimana dalam buku Dinul Islam. Dalam pelaksanaan shalat sangat dianjurkan melakukan dengan berjama'ah. Dua puluh tujuh lipat pahala dan keutamaan mereka yang shalatnya berjamaah daripada shalat sendirian.
Bahkan berjama'ah diwajibkan melaksanakannya sekali sejumat yaitu Shalat Jumat, karena dapat mempertebal ikatan ukhuwah islamiah, persaudaraan antar muslim.
Dan anak mulai bisa diperintah melaksanakan shalat ketika dia sudah bisa membedakan antara tangan kanan dan tangan kirinya.
b. Tujuan Mengajarkan Ibadah Shalat Terhadap Anak
Seseorang pengajar yang baik hendaknya mengetahui dengan pasti tujuan yang hendak dicapai oleh pengajaran itu sendiri, mengetahui apa yang hendak diajarkan untuk mencapai tujuan itu.
Menurut Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad, tujuan mengajarkan ibadah adalah sebagai berikut:
1. Supaya murid-murid mengetahui hukum-hukum agama dalam bidang agama, dalam bidang ibadah, agar mereka dapat melaksanakannya dengan benar dan mengharap penerimaan dari Allah.
2. Ibadah dapat menguatkan akidah dalam jiwa murid.
3. Ibadah dapat menghubungkan manusia dengan Allah yaitu melalui shalat.
4. Menumbuhkan rasa sosial dalam interaksi dengan teman-teman sepergaulannya, seperti shalat jamaah.
5. Membentuk rasa persamaan diantara orang dewasa dengan anak muda, antara si miskin dengan orang kaya yang bisa terlihat dalam ibadah shalat
6. Memelihara kebersihan dan kesucian badan dan rohani.
c. Memotivasi Anak Untuk Shalat
Pendidikan agama pada kenyataannya lebih sulit disbanding dengan pendidikan lainnya, karena pendidikan agama menyangkut masalah perasaan dan lebih menitikberatkan pada pembentukan kepribadian murid. Oleh karena itu para guru bidang agama dituntut untuk berusaha sedemikian rupa sehingga dapat membawa murid ke arah tercapainya tujuan pendidikan.
Apalagi pendidikan shalat terhadap anak, kita harus dapat memotivasi anak untuk mencintai shalat, kita tidak boleh mengancam anak supaya mengerjakan shalat. 1). karena tujuan mendasar bagi diri mereka cinta shalat, sementara ancaman itu tidak akan membuahkan hasil kecuali kebencian. Jika mereka sudah mencintai shalat lalu rasa itu menjalar sampai ke akal dan hati mereka hingga mendarah daging, secara otomatis mereka tidak sanggup meninggalkan shalat sepanjang hidupnya. Namun jika sudah membencinya mereka akan sangat mudah meninggalkannya. 2). memotivasinya akan menanamkan dalam hatinya rahmat, 3). Dengan ancaman akan membuat hati anak-anak menjadi takut kepada kita, mereka tidak akan shalat kecuali di depan kita, atau ketika bersama kita.
Dalam memberi pengertian tentang betapa pentingnya shalat dan anak benar-benar cinta terhadap shalat bisa menggunakan cara sebagai berikut: Ajaklah anak mengamati telepon, lalu minta salah satu anak untuk menekan tombol telepon ke nomor tertentu, (penerima telepon ditentukan, misalnya pada ibunya yangada di rumah) kemudian disuruh berbicara. Setelah itu mintalah anak menekan tombol telepon dengan melewati salah satu dijitnya, misalnya nomornya 7893465, angka ‘3’nya tidak ditekan, maka tidak akan tersambung.
Mintalah anak untuk membandingkan dua aktifitas tersebut, setelah itu anak dapat diarahkan dalam pemahaman tentang materi shalat. Shalat adalah menjalin komunikasi dengan Allah. Ibarat telepon dalam sehari semalam kita menelepon atau berkomunikasi dengan Allah lima kali dalam sehari: shubuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isa’. Dari rakaat waktu sholat, jika diibaratkan telepon, susunan digitnya adalah 24434.; jika tidak menekan tombonya (dalam arti kita tidak sholat satu kali), ibarat telepon apakah akan tersambung dengan penerima telepon?
Sholat berarti do’a, sholat bertujuan untuk menyembah Allah dalam sehari semalam. Mendirikan sholat 5 waktu hukumnya wajib. Artinya, jika dikerjakan, kita mendapat pahala, jika ditinggalkan kita mendapat dosa.
Selain dengan cara yang sudah penulis paparkan di atas, supaya anak cinta terhadap sholat dan mau mengerjakan sholat tanpa harus diperitah, artinya anak sadar akan kebutuhannya tentang sholat. Maka menurut Dr Amani Ar-Ramadi cara memotivasi anak untuk cinta sholat yaitu dengan cara memberi hadiah atau pujian kepada anak yang telah melakukan sholat, dan memberikan hadiah haruslah segera mungkin supaya anak tahu bahwa semua itu adalah hasil dari apa yang ia kerjakan.
C. Efektifitas Metode Demonstrasi Terhadap Pemahaman Pelajaran Shalat
1. Pemahaman Anak
Menurut Dr. Husni Rahim dkk., pada dasarnya setiap pelajar memiliki tiga tipe atau gaya belajar yaitu visual, auditorial dan motorik atau kinestik. Terhadap pelajar dengan gaya visual, hendaknya guru mendorong untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka, memperlihatkan gerakan wudhu dan shalat akan memperdalam pemahaman mereka terhadap pelajaran yang terkait. Pada pelajar dengan tipe auditorial, mendengarkan ceramah, contoh dan cerita serta mengulangi informasi merupakan cara-cara utama belajar mereka. Pelajar dengan gaya motorik atau kinestik menyukai proyek terapan, mereka suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta dan meminta mereka mempraktekkan shalat di bawah bimbingan guru akan lebih baik bagi mereka dibanding penjelasan guru tentang gerakan-gerakan shalat tersebut.
Dengan melihat 3 tipe belajar dari setiap pelajar, bagaimana caranya guru bisa mengetahui dari masing-masing pelajar tentang cara belajarnya tersebut. Mana yang lebih dominan? Apakah tipe belajar visual, auditorial atau kinestik. Berikut ini akan penulis paparkan tentang ciri-ciri dari pelajar dengan tipe belajarnya:
1. Pelajar dengan tipe visual mempunyai ciri-ciri:
Mengingat apa yang dia lihat
Mengingat dengan asosiasi visual
Biasanya tidak terganggu oleh keributan
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
Lebih suka membaca daripada dibacakan.
2. Pelajar dengan auditorial mempunyai ciri-ciri:
Lebih suka membaca daripada dibacakan.
Mudah terganggu oleh keributan
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dan pada apa yang dilihat.
3. Pelajar dengan kinestik mempunyai ciri-ciri:
Lebih suka membaca daripada dibacakan.
Menanggapi perhatian fisik
Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Belajar melalui memanipulasi dan praktik.
2. Efektifitas Metode Demonstrasi Terhadap Pemahaman Anak
Proses pendidikan ideal adalah proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan adanya berbagai aspek baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Melalui metode demonstrasi siswa dapat secara langsung melakukan pengamatan terhadap apa yang sedang diperagakan oleh guru. Sehingga siswa dapat mepelajari ketrampilan kognitif, afektif atau psikomotor yang baru dengan cara memperhatikan bagaimana guru tersebut melakukan hal-hal tersebut.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan untuk memberikan informasi kepada anak. Bagi anak melihat bagaimana suatu peristiwa berlangsung lebih menarik dan merangsang perhatian, serta lebih menantang daripada hanya mendengar penjelasan guru.
Dalam pelajaran shalat siswa diajarkan berbagai macam tentang hal tentang shalat diantaranya bagaimana cara melakukan shalat yang benar, baik dari segi gerakan maupun bacaan, agar siswa dapat memetik hikmah dari menjalankan shalat tersebut.
Dengan melakukan pengamatan secara langsung, siswa dapat memahami dan menirukan apa yang sedang dilihatnya itu. Kemudian jika siswa kurang faham terhadap apa yang diamatinya, siswa langsung dapat menanyakan, kemudian guru langsung bisa memberi penjelasan dan mengulangi apa yang ia praktekkan tadi. Sehingga siswa bisa cepat tanggap tehadap apa yang ia lihat.
Apabila teori menjalankan shalat yang betul telah dimiliki oleh anak didik, maka guru harus mendemonstrasikan di depan para murid yang paling terampil, kemudaian di bawah bimbingan guru disuruh mendemonstrasikan cara shalat yang baik di depan teman-temannya yang lain.
Pada saat anak didik mendemonstrasikan shalat, guru harus mengamati langkah-langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut, sehingga kalau ada segi-segi yang kurang, guru berkewajiban memperbaikinya. Guru memberi contoh lagi tentang pelaksanaan yang baik dan betul pada bagian-bagian yang masih dianggap kurang baik.
Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya, akan memberi kesan yang dalam pada diri anak didik, kerena guru berarti telah member pengalaman kepada anak didik yang menjalankan demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.
Titik sentral dari fungsi manusia adalah beribadah kepada Allah, fungsi demikian baru dapat berkembang dengan cukup baik bilamana kemampuan-kemampuan ganda dalam diri pribadinya selaku makhluk Allah, diberi bimbingan dan pengarahan yang baik melalui proses kependidikan ke jalan yang diridhai oleh Tuhannya.
Metode mendemonstrasikan cara-cara bersembahyang atau shalat seperti yang dilakukan oleh nabi yang dilakukan dengan cara berkelompok inilah maka proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif, oleh karena satu sama lain dapat saling bertanya dan saling mengoreksi bila satu sama lain melakukan kesalahan.
Pengaruh praktik dalam belajar mengajar telah banyak diselidiki oleh ahli pendidikan yang membuktikan bahwa dengan melalui praktik seseorang akan lebih mendapatkan kesan-kesan mendalam dan diingat dalam jangka lama daripada hanya belajar teori saja. Pengetahuan yang melekat pada jiwa manusia apabila tidak diperoleh melalui praktik dan dipraktikkan semakin lama semakin berkurang ontensitasnya. Dalam penelitian dapat diketahui berbagai pengaruh cara belajar mengajar sebagai berikut:
1. Belajar hanya dengan mendengarkan hanya berhasil diserap oleh manusia didik 15% dari materi pelajaran
2. Belajar dengan menggunakan mata dapat menghasilkan 55% dari bahan yang disajikan.
3. Belajar dengan praktik menghasilkan baham apersepsi sampai dengan 90% dari bahan yang diajarkan.
Keefektifitasan metode pengajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajarkan shalat juga diajarkan oleh Rasulullah sejak dulu,hal ini dijelaskan dalam hadis berikut ini:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran ialah kemampuan individu untuk mengambil intisari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil untuk dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial, sebagaimana dikemukakan Grendler (1991: 369), orang tidak dominan didorong oleh tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang terus-menerus yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungannya.
Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran yang bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik, deskripsi verbal) kepada anak didik sebagai pengamat. Sebagai contoh dipakai mata pelajaran Pikih kelas II pada madrasah Tsanawiyah yang membahas pelaksanaan shalat Zuhur. Kompetensi Dasar (KD) dari pokok bahasan tersebut adalah: “Siswa dapat melaksanaan ibadah shalat Zuhur setelah mengamati dan mempraktekkan berdasarkan model yang ditentukan”. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dibutuhkan beberapa kemampuan yang harus dikuasai anak didik dalam indikator pencapaian, yaitu :
1) Kemampuan gerakan (melakukan posisi berdiri tegak menghadap kiblat, mengangkat tangan sejajar dengan telinga ketika takbiratul ihram, membungkuk dengan memegang lutut ketika ruku’, melakukan i’tidal, melakukan sujud dengan kening menempel di sajadah, melakukan duduk di antara dua sujud, melakukan duduk tahyat akhir yang agak berbeda dengan duduk di antara dua sujud, melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan kiri.
2) Kemampuan membaca bacaan salat (bacaan surat al-Fatihah, bacaan ayat Alquran, bacaan ruku’, bacaan berdiri i’tidâl, bacaan sujud, bacaan duduk antara dua sujud, bacaan tahyat awal dan akhir.
3) Menganalisis tingkah laku yang dimodelkan. Tingkah laku yang dimodelkan sesuai dengan bahan pelajaran adalah ‘motorik” meliputi keterampilan dalam gerakan salat dan kemampuan membaca bacaan shalat.
4) Menunjukkan model. Gerakan dalam salat dilakukan berdasarkan urut-urutannya (prosedural) dan bacaan dalam salat diucapkan dengan baik dan benar berdasarkan tata cara membaca Alquran (ilmu tajwid).
5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan dengan umpan balik yang dapat dilihat, tiap anak didik mempraktekkan kembali gerakan shalat Zuhur yang ditunjukkan oleh model seiring dengan aba-aba prosedur yang diberikan guru. Demikian pula dengan bacaan salat dapat dipraktekkan anak didik.
6) Memberikan reinforcement dan motivasi. Guru memberikan penguatan pada anak didik yang telah berhasil melakukan gerakan dengan baik dan benar dan mengarahkan serta memperbaiki gerakan dan bacaan anak didik yang belum sesuai.
Referensi:
Jazakkalllah akh,,,
BalasHapussalam lestari