Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 Januari 2011




PSIKOLOGI AGAMA DAN STRATEGI PENYEBARAN AGAMA
Oleh Ahmad Nafi'

Created at 04 January 2011

A. Pendahuluan
Ilmu jiwa agama pada awalnya tidak masuk ke dalam daftar cabang ilmu pengetahuan umum. Banyak para ahli agama yang khawatir dengan datangnya psikologi agama maka akan memojokkan agama pada sudut jurang kehancuran. Sebab dengan adanya kajian mengenai psikologi agama memungkinkan pembenaran pada setiap ajaran agama. Dan menganggap bahwa semua agama benar dan sama. Sehingga ini menjadi kehkhawatiran tersendiri bagi para fanatik agama yakni khawatir penghargaan terhadap agama berkurang apabila agama diteliti secara ilmiah.
Akan tetapi alasan-alasan ini tidak cukup untuk mematahkan teori mengenai ilmu jiwa agama yang pada perkembangannya dirasa penting. Ilmu jiwa agama berfungsi untuk memaknai agama dari sudut pandang ilmiah. Dan nantinya juga akan sampai pada pertanyaan; mengapa harus beragama? dan banyak orang berkata kenapa saya harus beragama sedangkan agama tidak memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang saya alami dalam kehidupan.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menghubungkan kita pada strategi penyebaran agama. Para tokoh agama mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan masyarakat melalui doktrin agamanya atau melalui pendekatan-pendekatan materialism untuk kepentingan tertentu melalui agama. Maka dari itu penulis berupaya untuk memberikan data pada pembaca tentang kaitan psikologi agama dengan strategi penyebaran agama dalam makalah ini. Kemudian akan coba sedikit kami sampaikan tentang pendapat beberapa tokoh atheis tentang agama.

B. Pengertian Psikologi Agama
1. Psikologi
Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”. Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah al-nafs, namun ada pula yang menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al- nafs. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh. Penggunaan masing-masing kedua istilah ini memiliki asumsi yang berbeda.
Psikologi menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Menurut Wilhem Wundt (tokoh eksperimental) bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia , seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan, feeling dan kehendaknya.
2. Agama
Agama berasal dari kata latin religio, yang dapat berarti obligation/kewajiban. Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James Martineau).
Agama seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna, dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu, (Edward Caird).
Agama hanyalah upaya mengungkapkan realitas sempurna tentang kebaikan melalui setiap aspek wujud kita (F.H Bradley). Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang keTuhanan disertai keimanan dan peribadatan.
3. Psikologi Agama
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisne yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam kostruksi pribadi.
Psikologi agama tidak berhak membuktikan benar tidaknya suatu agama, karena ilmu pengetahuan tidak mempunyai tehnik untuk mendemonstrasikan hal-hal yang seperti itu baik sekarang atau masa depan, Ilmu pengetahuan tidak mampu membuktikan ketidak-adaan Tuhan, karena tidak ada tehnik empiris untuk membuktikan adanya gejala yang tidak empiris, tetapi sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara empiris bukanlah berarti tidak ada jiwa. Psikologi agama sebagai ilmu pengetahuan empiria tidak menguraikan tentang Tuhan dan sifat-sifatNya tapi dalam psikologi agama dapat diuraikan tentang pengaruh iman terhadap tingkah laku manusia. Psikologi dapat menguraikan iman agama kelompok atau iman individu, dapat mempelajari lingkungan- lingkungan empiris dari gejala keagamaan , tingkah laku keagamaan, atau pengalaman keagamaan, pengalaman keagamaan, hukum-hukum umum tetang terjadinya keimanan,

C. Psikologi Agama dan Strategi Penyebaran Agama
Jika psikologi agama diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ‘jiwa’ agama seorang manusia, maka cabang ilmu ini bisa menjadi wahana untuk menanamkan kesadaran agama pada diri seseorang. Pada titik inilah manusia akan lebih yakin terhadap agama yang mereka peluk. Sebelum membahas lebih jauh sebaiknya kita membahas pengertian agama terlebih dahulu dan sejarah singkat munculnya agama.
Terdapat teori-teori yang berbeda seputar kelahiran agama pada umumnya. Antara lain, ada teori yang mengatakan bahwa agama muncul dari ketidaktahuan manusia. Teori lain mengatakan bahwa agama muncul dari kelemahan dan ketidakberdayaan manusia. Teori ketiga mengatakan bahwa agama merupakan produk kemerosotan sosial. Sedangkan yang lain meyakini bahwa agama lahir dari terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat. Teori kelima mengatakan bahwa agama terbentuk melalui proses pendidikan dan pengajaran dalam sebuah komunitas.
Teori-teori di atas merupakan analisa Murtadha Mutahhari terhadap teori asal agama dari para pemikir barat seperti Feuerbach dan Karl Mark. Mereka cenderung meyakini bahwa agama muncul sebab ketidakberdayaan manusia menghadapi kejadian alam yang berada di luar kemampuan mereka. Secara lebih ekstrim lagi Mark yang merupakan tokoh materialis berpendapat bahwa agama muncul dari kepentingan ekonomi dan politik.
Lain halnya dengan Islam. Al-Qur’an secara tegas mengilustrasikan akan munculnya agama dalam kisah Ibrahim a.s dalam mencari Tuhan. Ibrahim yang notabene adalah seorang pemuda yang tinggal di tempat terpencil di dalam goa mula-mula melihat bintang , dia berkata, “Inikah Tuhanku?”, tapi dia melihat ada yang lebih besar yakni bintang, akan tetapi pada siang hari bintang dan bulan itu lenyap sehingga dia menarik kesimpulannya dan menganggap matahari yang lebih cerah dan besar adalah tuhan hingga pada sore hari dia menyimpulkan bahwa Tuhan yang sejati adalah yang mengatur jalannya bintang, bulan dan matahari yaitu Tuhan yang tidak Nampak oleh matanya.
Kisah ini dapat disimpulkan bahwa Ibrahim yang hidup di zaman dan daerah primitif sudah memikirkan tentang siapa tuhan. Ini membuktikan bahwa bertuhan/beragama merupakan fitrah manusia. Agama tidak diciptakan oleh manusia akan tetapi agama merupakan hal yang lahir bersamaan dengan adanya manusia.
Pengertian agama yang lain yaitu menurut Einstein, pada pidato tahun 1939 di depan Princeton Theological seminar, ”ilmu pengetahuan hanya dapat diciptakan oleh mereka yang dipenuhi dengan gairah untuk mencapai kebenaran dan pemahaman, tetapi sumber perasaan itu berasal dari tataran agama, termasuk didalamnya keimanan pada kemungkinan bahwa semua peraturan yang berlaku pada dunia wujud itu bersifat rasional, artinya dapat dipahami akal. Saya tidak dapat membayangkan ada ilmuwan sejati yang tidak mempunyai keimanan yang mendalam seperti itu, ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta.
Dengan beberapa pengertian agama tersebut, maka penulis akan memberikan beberapa strategi penyebaran agama dilihat dari sudut pandang psikologi agama. Strategi penyebaran agama sangat erat kaitannya dengan konversi agama, dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama maka dengan mudah agama tersebut tersebar. Pertama-tama akan kami sampaikan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.
1. Pertentang batin (konflik jiwa) dan ketegangan hati
Orang-orang gelisah yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi masalah itu mudah sekali mengalami konversi agama. Artinya pada saat ketidakmampuan itu muncul maka yang dia butuhkan adalah tempat mnengadu. Pada saat seperti inilah para pedakwah memberikan motivasi dan solusi bukan malah menakut-nakuti dengan siksaan neraka dan sebagainya. Seperti halnya Islam yang memberikan kemudahan bagi muallaf bahkan menjadi salah satu orang yang berhak menerima zakat. Ini bukti bahwa strategi penyebaran dengan cara seperti ini efektif.
2. Pengaruh hubungan dan tradisi agama
Ajaran agama tersebar karena faktor hubungan keluarga maupun hubungan masyarakat. Orang tua mengajarkan agama sejak dia kecil maka akan tertanam nilai-nilai agama dalam diri anak tersebut sampai dia dewasa. Sehingga anak-anak tersebut mampu membawa estafet tradisi dari nenek moyang mereka turun temurun.
3. Ajakan, seruan dan sugesti
Terbukti, sugesti, motivasi dan ajakan kepada orang-orang yang sedang mengalami kegoncangan dalam hidupnya itu akan didengarkan. Orang-orang tersebut sangat membutuhkan ketentraman, maka para pengajar agama harus pandai-pandai memberikan sumbangan baik moril dan materiil terhadap orang yang sedang mengalami kegoncangan. Kegoncnagan tersebut bisa disebabkan oleh konflik internal maupun eksternal.
4. Faktor-faktor emosi
Orang-orang yang emosional (lebih sensitive atau banyak dikuasai emosinya), mudah kena sugesti, apabila dia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya tdak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa ia adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi konversi agama di atas memunculkan berbagai strategi penyebaran agama yang digunakan para pedakwah dari berbagai agama untuk mengembangkan agamanya dan memperluas wilayah penganutnya.

D. Kesimpulan
Dari uraian mulai pendahuluan hingga strategi penyebaran agama, maka ada beberapa kalimat yang mewakili makalah kami yaitu dengan melihat psikologi/kecenderungan beragama atau asal muasal agama maka kita dengan mudah akan memapu menciptakan maupun memahami strategi penyebaran agama.
Demikian pemaparan mengenai ilmu jiwa agama dan strategi penyebaran agama, semoga bermanfaat untuk semua yang membaca dan bisa dijadikan referensi maupun refleksi pengetahuan kita semua.

Daftar Pustaka
- Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004
- Murtadha Mutahhari, Fitrah, Lentera, Jakarta, 1998
- Ramayulis, Psikologi Agama , Kalam Mulia 2004
- Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2003.

Ahmad Nafi's Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon dengan sangat bagi para pengunjung situs ini untuk memberikan kritik dan saran serta komentar terhadap posting dan artikel kami!